Redaksi


Citizen Journalis
memberikan kesempatan kepada Anda untuk berekspresi/ menulis atau mengirimkan data (teks maupun foto), berita, wacana/opini, atau artikel untuk di tampilkan di Media ini.
Adapun Ketentuan untuk dapat diketahui Pembaca/ Penulis adalah sebagai berikut :
  1. Menyertakan Identitas Pribadi Yang Lengkap
  2. Tulisan yang dikirim menggunakan bahasa yang baik dan benar
  3. Karya tulisan atau foto adalah karya sendiri, pastikan bahwa tulisan yang dikirim bukan plagiat
  4. Tidak bersifat pornografi maupun hal-hal yang melanggar etik
  5. Tulisan merupakan sumbangan sukarela tanpa honor
  6. Penulis bertanggung jawab sepenuhnya atas tulisan yang dibuat
  7. Kebenaran isi berita bisa dipercaya maupun dipertanggung jawabkan
  8. Tulisan tidak boleh menyinggung, menyudutkan maupun melecehkan,
- Pribadi atau organisasi tertentu
- Agama maupun kepercayaan tertentu
- Suku atau etnis maupun gender tertentu/ Tidak Mengandung Sara
Kirimkan Ke E-mail : c.rifnaldi@yahoo.co.id


------------------------------------------------------------------------------ 

Oleh Ketua Umum Nasioanal PPWI:  Wilson Lalengke

Pewarta-Indonesia, Ulasan singkat ini diinspirasi oleh “curhat” seorang sahabat yang kuliah S-2 di Amerika. Katanya ingin sekali menuliskan apa yang ada di dalam pikirannya. Tetapi berkali-kali mencoba menuangkannya di kertas atau di komputer, berkali-kali juga ia “merasa” gagal. Ini hal yang lumrah dan sangat manusiawi. Hampir semua orang mengalami situasi seperti itu. Bahkan, belum pernah terjadi dalam sejarah seorang penulis berbakat langsung berhasil tenar dengan hasil karya yang bagus. Pasti melalui hambatan dan kegagalan. Mereka kemudian belajar dari pengalaman pahitnya itu, untuk selanjutnya keluar sebagai penulis bernilai emas.
Jadi, bila Anda mengalami hal yang sama, jangan sedih. Anda tidak sendirian. Tulisan ini ditujukan bagi Anda, penulis pemula atau penulis orang biasa. Memang ia tidak dimaksudkan untuk mengajari Anda hingga tuntas dan menjadi penulis yang diidolakan di mana-mana. Ini sekedar menjadi panduan awal untuk “memecah” kebuntuan saat Anda para pemula mulai duduk dan menuliskan sesuatu. Yang pasti, kemauan membara di dalam dada untuk menuangkan ide di pikiran Anda ke dalam bentuk tulisan, sesederhana apapun ide itu, sudah menjadi modal awal yang paling ampuh dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, saat ada kemauan menulis muncul di hati, silahkan ambil kertas dan pinsil atau pena, atau bagi yang punya komputer silahkan dengan komputer, dan mulailah menulis.
Ketika Anda siap untuk menuangkan tulisan, ingat-ingatlah satu hal: tulisan tidak perlu panjang-panjang belasan paragraf. Dua atau tiga alinea sudah cukup. Pembaca justru lebih senang membaca berita yang singkat-singkat. Yang paling penting adalah mereka mendapat informasi dari bacaannya. Untuk itu, berilah pembaca informasi tentang apa yang ada di pikiran Anda. Umumnya, informasi yang diinginkan seseorang terdiri dari enam unsur, yang disingkat dengan formula 5W+1H. Bila Anda sudah bisa menjawab pertanyaan seputar 5W+1H, maka sukseslah Anda sebagai penulis, setidaknya penulis berita (hard-news)
Pertama, pertanyaan WHAT atau tentang apa? Peristiwa atau masalah apa yang akan Anda sampaikan ke Pembaca. Sampaikan saja seperti seorang menceritakan kejadian yang dilihatnya. Tuliskan masalah atau pokok persoalan apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Mungkin dalam 2 atau 3 kalimat sudah cukup.
Kedua, pertanyaan WHERE atau dimana? Dimana peristiwa itu terjadi atau di lingkungan mana persoalan pokok yang sedang Anda bahas terjadi. Dalam menceritakan tempat kejadian, pasti akan panjang apabila Anda secara detil menunjukkan tempatnya. Semisal di jalan apa, nomor berapa, keadaan tempat itu sepi atau ramai, apa objek yang bisa dijadikan penanda tentang tempat itu, misalnya dekat kantor polisi, gedung tua, perkebunan teh, kaki gunung atau apa saja yang masyarakat banyak tahu.
Ketiga, pertanyaan WHY atau mengapa? Informasi tentang alasan atau penyebab sesuatu kejadian harus terjadi adalah penting dikemukakan dalam tulisan Anda. Demikian juga saat menulis artikel tentang suatu masalah. Latar belakang masalah menjadi salah satu kunci penting yang perlu diungkap dan dituliskan. Dalam banyak artikel, unsur WHY juga mencakup tujuan sebuah peristiwa harus terjadi (dilakukan).
Keempat, pertanyaan WHO atau siapa? Cerita kita tentu akan bersangkut-paut dengan benda, terutama orang, tapi tidak harus. Binatang yang jadi objek berita Anda juga tergolong dalam kriteria siapa. Demikian juga dengan tanaman, atau mungkin objek benda mati, seperti saat menceritakan istana kerajaan, kebun apel, dan lain-lain. Akan tetapi, walaupun yang menjadi objek itu adalah binatang, tumbuhan, dan benda mati, pada akhirnya kita juga perlu menginformasikan siapa orang-orang yang terkait dengan objek cerita Anda, semisal penjaga kebun, pemimpin Negara, penanggung jawab persoalan, dan seterusnya.
Kelima, pertanyaan WHEN atau kapan? Lebih detil menceritakan waktu kejadian perkara, tentunya akan lebih baik. Dan lagi akan lebih memperpanjang kalimat-kalimat Anda. Jadi, keakuratan pengingatan “jam tayang” kejadian akan amat membantu Anda dalam menuliskan beritanya. Mungkin akan lebih membantu juga, bila waktu kejadian itu dihubungkan dengan waktu kejadian perkara yang lain. Semisal, kejadiannya hari ini Anda hubungkan dengan kejadian serupa di minggu yang lalu, di tahun lalu, dan seterusnya.
Keenam, pertanyaan HOW atau bagaimana? Sebagian orang mengawinkan pertanyaan bagaimana dengan pertanyaan mengapa (WHY). Menjawab tentang bagaimana sebuah proses dari masalah pokok atau sesuatu kejadian yang Anda angkat dalam artikel terjadi. Menceritakan suatu kejadian yang dialami sendiri akan lebih mudah daripada menuliskan kejadian yang dialami oleh orang lain. Untuk itu, biasanya perlu bertanya pada orang yang menjadi objek cerita. Di sinilah peran penulis mewawancara sumber berita dibutuhkan. Jika tidak perlu wawancara, maka uraikan saja proses kejadian itu yang Anda ketahui. Kalau proses peristiwanya berdurasi cukup lama, tentunya tulisan Anda menjelaskan “bagaimana” akan menjadi panjang juga. Semakin lengkap akan semakin bagus.
Berikut contoh sebuah berita untuk sekedar jadi panduan para pendatang baru di dunia jurnalistik. Berita ini diurutkan mulai dari pertanyaan apa hingga unsur bagaimana. Anda bisa membolak-baliknya sesuai kebutuhan atau penekanan yang diinginkan. Namun umumnya pembaca ingin menerima informasi tentang “apa” terlebih dahulu, baru kemudian disusul informasi lanjutannya.
Judul artikel/berita: Perkawinan Massal di Desa Kenangan
Perkawinan adalah sesuatu yang diinginkan oleh hampir semua orang. Banyak orang malah ingin cepat-cepat menikah setelah ketemu pasangan atau jodohnya. Mereka berhasrat untuk berkeluarga dan membangun rumah tangga yang bahagia. Demikianlah juga bagi para warga desa Kenangan yang melangsungkan pernikahannya beberapa waktu lalu. (Unsur pertama: apa? Jawabannya: perkawinan).
Desa Kenangan adalah sebuah desa terpencil. Jauh dari kebisingan perkotaan. Terletak di kaki gunung Kayangan yang jarang sekali dikunjungi masyarakat dari luar. Kota terdekat yang biasanya dikunjungi warga Kenangan untuk belanja keperluan sehari-hari adalah Kota Nirwana. Karena jarang ada kendaraan umum, masyarakat menempuhnya dengan berjalan kaki ke kota yang biasanya membutuhkan waktu lebih dari setengah hari. (Unsur kedua: dimana? Jawabannya: desa Kenangan).
Umumnya pemuda dan pemudi di desa itu tumbuh bersama sejak masa kanak-kanak. Karena akses masyarakat ke desa itu agak sulit, maka muda-mudi di sana selalu berusaha mendapatkan jodoh dari antara sesama teman sepermainannya. Hal yang unik terjadi ketika mereka yang sebaya tersebut selalu bersepakat untuk menikah bersama-sama. Acara menikah massal ini juga dimaksudkan untuk memudahkan para pemuda dan orang tua mereka dalam urusan biaya pernikahan. (Unsur ketiga: mengapa? Karena mereka terdiri dari teman sebaya yang tumbuh bersama, jauh dari akses mencari pasangan dari daerah lain, dan biaya murah.)
Hari itu, Budiman (21) dan beberapa pasang kawannya melangsungkan pernikahan bersama atau massal. Budiman adalah lelaki bujang yang mempersunting Budiwati (20), gadis kembang desa teman sekelasnya di sekolah dasar dulu. (Unsur keempat: siapa? Pemuda-pemudi desa Kenangan. Secara khusus adalah Budiman, Budiwati, dan kawan-kawan.)
Saat itu adalah hari Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, penulis bersama seorang teman berkunjung ke desa ini. Cuaca cerah sepanjang hari. Rupanya di desa itu sedang ada pesta pernikahan bagi pasangan Budiman dan kawan-kawannya. Prosesi perkawinan dimulai dari pagi menjelang siang hari. Malam harinya dilanjutkan dengan acara muda-mudi ala desa Kenangan. (Unsur kelima: kapan? Jawabanya: Senin pahing, tanggal 3 Juli 2006, dari pagi hingga malam hari).
Seperti layaknya pesta di tempat lain, kemeriahan juga mewarnai pesta perkawinan massal di desa terpencil itu. Dari pagi, masyarakat berbondong-bondong ke balai desa untuk persiapan prosesi perkawinan beberapa warga muda-mudi mereka. Masyarakat bekerja bergotong-royong dalam menyemarakkan pesta tersebut. Kelompok musik desa juga berpartisipasi sehingga keramaian makin menggema oleh alunan musik pengiring pasangan-pasangan mempelai yang sedang dinikahkan. Kegiatan ini berlangsung sangat meriah hingga larut malam sambil ditemani penganan, makanan dan minuman ala desa Nusantara. (Unsur keenam: bagaimana? Jawabannya: gotong royong dan meriah).
Dari contoh di atas, kata-kata kunci yang menjadi jawaban untuk kelima unsur 5W+1H dapat diurutkan sebagai berikut:
1. What? Jawabannya: perkawinan.
2. Where? Jawabannya: di desa Kenangan.
3. Why? Jawabnya: karena teman-teman sebaya
4. Who? Jawabannya: Budiman dan Budiwati.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How?Jawabannya: dengan cara bergotong-royong dan meriah.
Ketika Anda sudah bisa menyusun pertanyaan dan jawaban seperti ini, maka akan memudahkan dalam menuangkan beritanya dalam bentuk tulisan. Masing-masing pertanyaan tidak harus untuk satu paragraf. Bisa saja 2 pertanyaan dicakup dalam satu paragraf saja. Atau sebaliknya satu pertanyaan dituangkan dalam 2 atau 3 paragraf.
Untuk dunia pendidikan misalnya, Anda dapat mengulas kegiatan yang berlangsung di sekolah Anda. Contoh pertanyaan dapat seperti ini:
Topik atau judul : Pelatihan Ketrampilan Komputer Bagi Guru
1. What? Jawabannya: pelatihan komputer.
2. Where? Jawabannya: di SD Swasta Nirwana.
3. Why? Jawbannya : karena ketrampilan menggunakan komputer sangat diperlukan.
4. Who? Jawabannya: Guru dan Karyawan.
5. When? Jawabannya: Senin – Sabtu, 3 – 8 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: praktek langsung menggunakan komputer.
Bagi mereka yang berminat jadi reporter olahraga atau kegiatan sejenis, semisal pementasan kejuaraan seni, lomba nyanyi, dan sebagainya, juga dapat mengikuti formula itu. Sebagai contoh, simak urutan pertanyaan dan jawaban berikut. Perlu diingat bahwa urutan itu boleh bertukar satu sama lain, yang jelas kelima unsurnya termuat dalam tulisan Anda.
Topik atau judul : Lomba Seni Lukis Antar SD di Kota Nirwana
1. What? Jawabannya: lomba seni lukis.
2. Where? Jawabannya: di kantor walikota.
3. Why? Jawabannya: meningkatkan minat di bidang seni lukis
4. Who? Jawabannya: murid-murid SD.
5. When? Jawabannya: Senin, 3 Juli 2006.
6. How? Jawabannya: menggambar pemandangan menggunakan rumput kering.
Keraguan lain yang sering muncul adalah bahwa kita sering bertanya apakah ide itu layak untuk ditulis atau tidak. Hakekatnya, semua hal bisa ditulis, bagaimanapun sederhananya ide itu. Bila pernah terdengar kalimat ini “anjing gigit orang, bukan berita; orang gigit anjing, itu baru berita.” Maksud utama ungkapan itu adalah, bahwa kejadian yang terjadi berulang-ulang dan sudah biasa dianggap tidak bernilai berita. Walaupun sesungguhnya tidak selamanya benar. Menceritakan kegiatan rutin belajarmengajar di kelas, tentu tidak menarik. Tetapi jika hari itu kegiatan belajarnya berbeda dari hari-hari lainnya, semisal dilakukan dengan mengunjungi panti jompo, maka ia bernilai berita. Demikianlah juga pada kegiatan bidang lainnya.
Kualitas tulisan akan berangsur meningkat ketika Anda selalu dan selalu tanpa henti menulis ide yang ada di pikiran Anda. Banyak membaca buku dan tulisan orang lain akan sangat membantu meningkatkan daya imajinasi penulisan berikutnya. Perlu juga dilakukan analisa dan kritik sendiri tulisan Anda, benahi disisi-sisi yang terasa masih bisa ditambahkan informasinya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi kemajuan para Penulis pemula.
Last updated: 10 February 2010
 ============================================
 
Dipublikasikan oleh Ketua Umum  Nasioanal PPWI Wilson Lalengke
Minggu, 08 Maret 2009 19:47

Pewarta-Indonesia, Ibarat manusia, setiap orang punya kepala. Demikian juga setiap tulisan dalam berbagai bentuk dan jenis tulisan mempunyai “kepala”, walau tidak mutlak, yang biasanya dikenal sebagai judul tulisan. Setiap artikel opini ada judulnya, begitu juga tulisan berita, kreativitas seni semisal puisi, cerita pendek, dan seterusnya. Hampir setiap buku dipastikan memiliki judul buku, dan selanjutnya di dalam-nya terdapat lagi judul-judul untuk setiap bab-nya. Tulisan yang menurut saya tidak punya judul, antara lain tulisan umum berupa pengumuman (sebagian ada judulnya).

Bagi begitu banyak orang, termasuk yang suka menulis, ternyata membuat judul sebuah tulisan bukanlah pekerjaan mudah. Tidak sedikit dari kita yang akhirnya menyerah, batal menulis akibat tidak menemukan judul dari artikel yang ingin ditulisnya. Sebagian lagi berhasil menemukan judul bagi tulisannya, namun kurang memiliki relevansi dengan tulisan atau kurang menarik. Akibatnya, banyak tulisan yang dihasilkan tidak dibaca oleh orang lain gara-gara judul tulisan yang mengesankan bahwa tulisan itu tidak penting dibaca.

Untuk membantu para penulis pemula, berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat judul dari tulisan anda. Perlu dimaknai bahwa panduan ini sekedar sebagai pengarah awal dalam menciptakan judul yang baik sesuai standar umum bahasa Indonesia. Peningkatan kemampuan menghasilkan judul tulisan yang berkualitas masih harus terus-menerus diasah agar semakin hari tulisan anda semakin bagus, menarik untuk dibaca, dan mencapai sasaran yang Anda harapkan.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bahwa sebuah judul mencerminkan isi tulisan. Mungkin karena ketentuan itu, banyak penulis membuat judul tulisan justru setelah tulisannya selesai dituangkan. Salah satu sebabnya adalah pemahaman yang utuh terhadap apa yang dia tulis lebih lengkap setelah semua idenya terekam dalam tulisannya. Sesuai pengalaman, ada baiknya anda tidak memikirkan terlalu serius, yang akan menyita waktu lama, pada soal judul tulisan terlebih dahulu. Tuangkan saja ide yang ingin dituliskan, dan kemudian setelah selesai, carilah judul yang tepat untuk tulisannya. Syukur-syukur di tengah menuliskan artikel, inspirasi tentang judul-nya mencul di benak anda. Bila benar-benar sulit, meminta saran teman dan sahabat adalah salah satu solusi yang dipandang bijak juga.

Sebagian penulis lagi lebih suka menemukan judul tulisan terlebih dahulu untuk bisa menuangkan ide dengan baik. Hal ini dianggap memudahkan penulis untuk menginventarisir bahan tulisannya karena ada “acuan”, yakni judul tadi, dalam mengumpulkan ide-ide yang relevan. Melalui penemuan judul tulisan di awal menulis, biasanya dapat menginspirasi seorang penulis untuk mengembangkan ide awal yang mungkin masih sangat sederhana. Dengan cara ini pula, isi tulisan dapat “dikendalikan” untuk tidak menyimpang jauh dari esensi ide yang kita ingin tuangkan.

Walau sebuah judul harus mencerminkan isi tulisan, namun kaidah pembuatan judul mempersyaratkan ketentuan judul yang singkat dan padat. Maksudnya, sebuah judul tulisan tidak perlu panjang-panjang. Semakin singkat semakin baik. Jika pun judul tulisan dapat dibuat hanya satu kata, itu akan lebih baik. Pada persoalan inilah seorang penulis diharapkan untuk melatih dirinya memproduksi judul yang singkat tapi padat makna untuk tulisannya. Sesuatu yang baik untuk dilakukan, cobalah membuat beberapa judul bagi setiap tulisan anda, dan adakan pemilihan judul dari beberapa judul itu yang pada akhirnya akan diletakkan sebagai kepala tulisan tersebut.

Dalam memilih judul dari beberapa opsi yang anda telah buat itu, pertimbangkanlah hal-hal berikut dan cocokkan dengan judul, apakah sudah sesuai atau belum.

Pertama, judul tulisan harus singkat, dengan penekanan lebih pendek lebih bagus. Disesuaikan dengan anjuran penulisan di KabarIndonesia, jumlah kata sebaiknya tidak lebih dari dua belas kata, atau 90 ketukan (karakter = huruf, tanda baca, spasi). Untuk itu eliminasi setiap kata yang tidak perlu. Cara termudah adalah, keluarkan satu persatu kata yang anda gunakan pada judul. Bila setelah satu kata tersebut dikeluarkan dari judul namun judul tersebut tidak berobah maknanya, maka kata itu dianggap tidak perlu. Contoh: KAPOLRI: Gaji Hakim Idealnya Rp. 50 Juta, Polri Level Bawah Rp 8 Jutaan (judul aslinya). Beberapa kata dari judul ini bisa dihilangkan, yakni “Idealnya”, “Level”, dan “Bawah”. Jadi, sebaiknya judul tulisan ini menjadi: KAPOLRI: Gaji Hakim Rp. 50 Juta, Polisi Rp. 8 Jutaan. Kata “Polri” berganti menjadi “Polisi” sebagai alternatif saja, untuk menghindarkan pengulangan bunyi pada kata “KAPOLRI” yang sudah terpakai di depannya.

Beberapa contoh lain sehubungan dengan hal tersebut di atas, saya kutip dari judul-judul artikel/tulisan di situs KabarIndonesia, sebagai bahan pembelajaran bagi kita semua, sebagai berikut:
- Demonstrasi Berpita Bintang Kejora: Front PEPERA-PB Desak Belanda, AS Dan PBB Gelar Referendum Untuk Papua (judul asli), sebaiknya menjadi: DEMONSTRASI BERPITA BINTANG KEJORA: Front PEPERA-PB Desak Gelar Referendum.
- RUMAH GADANG BUNDO KANDUANG DI GUDAM PAGARUYUNG: Benda Pusaka Tak Terawat, Ahli Waris Tetap Bayar PBB (judul asli), sebaiknya menjadi: RUMAH GADANG BUNDO KANDUANG: Benda Pusaka Terabaikan, Ahli Waris Tetap Bayar PBB.
- Survei International Budget Project: Indonesia Urutan Ke 28 Dari 36 Negara (judul asli), sebaiknya menjadi: SURVEI INTERNATIONAL BUDGET PROJECT: Indonesia Urutan ke-28.
- Angka Kemiskinan Di Indonesia Saat Ini Mencapai 33 Juta KK (judul asli), sebaiknya menjadi: Angka Kemiskinan Indonesia Capai 33 Juta KK

Kedua, sebuah judul tulisan hendaknya dibuat semenarik-menariknya. Perlu disadari bahwa sebuah judul berfungsi sebagai pintu gerbang bagi sebuah tulisan untuk pembaca yang sedang lewat di antara deretan tulisan yang terpampang di depannya, baik di koran offline, koran online, buku, majalah, dan lain-lain. Oleh karenanya, jika seorang penulis ingin agar tulisannya “disinggahi” pembaca, ia harus berusaha “mendandani” judul tulisan agar terlihat dan terdengar “seksi”, “menggairahkan”, memotivasi, dan “menjanjikan”.

Ada beberapa tips yang bisa dikemukakan dalam tulisan ini:

1) Gunakan kata dan kalimat yang menggugah rasa ingin tahu pembaca. Misalnya, Ketika SBY Memimpin Menyanyikan Lagu Nasional (Luhur Hertanto, detikcom).

2) Dapat menggunakan kutipan kata/kalimat yang terkesan “bombastis” yang ada di dalam tulisan. Misalnya: PIDATO PRESIDEN RI: Gaji PNS Naik 20%.

3) Beberapa penulis senior gemar menggunakan kalimat tanya dan kalimat seru. Contoh: Apa Makna Kemerdekaan? (Ahmad Arief dan Luki Aulia, kompas.com). Agama Itu Pembawa Kehancuran! (Robert Nio, KI).

4) Sebagian penulis lagi lebih menyukai kata dan ungkapan bergaya bahasa “berseni”, semisal: menggantang harapan, segenggam asa, benci tapi rindu, dan sebagainya.

5) Untuk tulisan rubrik olahraga, sering sekali digunakan gaya bahasa personifikasi dan hiperbola. Misalnya: Bayern Luluh Lantakkan Bremen (Mohammad Yanuar Firdaus, detikcom).

Ketiga, penulis amat dianjurkan untuk mengikuti aturan-aturan resmi Bahasa Indonesia dalam pembuatan judul karangan. Beberapa di antara kaidah umum yang lazim digunakan adalah sebagai berikut:

- Penulisan judul artikel atau tulisan/berita harus menggunakan huruf kapital pada setiap huruf awal kata yang digunakan, kecuali kata sambung (dan, oleh, yang, dsb) dan kata penunjuk tempat (di, ke). Contoh: Rahasia di Balik Kehidupan Elvis

- Untuk judul tulisan yang menggunakan sub judul (terdiri lebih dari 1 frasa/kalimat), berlaku ketentuan: judul pokok menggunakan huruf kapital semua, diikuti tanda titik dua, dan kemudian sub judul menggunakan huruf kapital di awal kata-katanya saja. Contoh: HATIKU MERANA: Kenangan yang Tidak Terlupakan

- Penggunaan akronim (singkatan) sangat terbatas pada akronim yang sudah baku seperti PMI, UNESCO, RI, dan lain-lain, serta singkatan yang sudah sangat umum dikenal masyarakat, seperti SBY-JK, Wapres, PDI-P, dan lain-lain.

Sekali lagi, ketekunan setiap kita para penulis dalam memperluas wawasan dan pengetahuan akan selalu menjadi kekuatan terbesar dalam menciptakan penulis yang handal dan profesional. Demikian juga dalam menghasilkan judul tulisan yang menarik dan berkualitas. Oleh karena itu, hendaklah terus-menerus mengasah dan melatih diri, memperbaiki kekurangan pada tulisan terdahulu, serta mempertajam insting menentukan judul yang tepat.

Selamat menulis.***
Note: Artikel ini hasil penulisan kembali dari artikel saya yang pernah dimuat di harian online KabarIndonesia.com di bawah judul Lika-liku Pembuatan Judul.
 =============================================

Jumat, 13 Agustus 2010 10:51 Wintari
Bsmillahirrahmanirrahim..
Pewarta-Indonesia, Pertanyaan yang sangat sering ditanyakan peserta seminar/workshop/talk show/acara-acara kepenulisan yang menghadirkan penulis hebat (ya iyalah) salah satunya adalah "kapan mulai senang menulis?"

Dan jawaban yang sering diberikan oleh sang narasumber biasanya :
"kalau mulai suka menulis sih, sejak dulu banget pas masih kecil, senang bikin diary, ngisi mading di sekolah, kirim ke media, bikin buku dst sampai jadilah saya seperti saat ini"
Dengan beberapa tambahan sana sini atau dengan penyampaian yang berbeda, pada dasarnya beberapa penulis yang (Alhamdulillah) pernah saya 'rampok' rata-rata menjawab seperti itu. So, bisa disimpulkan menulis itu memanglah kegiatan yang harus dilatih terus menerus dan butuh waktu lama untuk mencapai predikat 'mahir'. Tak bisa orang yang baru menulis kemarin sore lalu bisa mencetak buku best seller (kecuali jika dia sedang beruntung plus pembeli buku banyak yang salah beli buku. hehe)
Menulis atau bahkan sekedar menyukai kegiatan menulis sebenarnya memang harus dimulai dari awal jika ingin menjadi penulis. Maka tak salah jika Afifah Afra sudah aktif menulis dan mengirim ke media semenjak masih SMP dan teh Imun (Maimon Herawati) lebih suka membuat cerpen daripada mencatat pelajaran kimia (yang ini baik nggak ya? hihihi).

intinya, seperti slogan di salah satu website
"semua penulis hebat pasti berawal dari belajar menulis!".

Nah, berbicara mengenai sejak kapan aku suka menulis. hmm.. pertanyaan langka, nih!
ada yang tanya ke aku tentang itu tapi jarang. jadi aku tanyain ke diriku sendiri aja deh. hehe. melas banget, sih?

okay, aku mulai suka menulis (selain menulis apa yang ada di papan tulis, yang dituliskan oleh guru atau sekretaris kelas) seingatku sejak SD. Dulu bahkan saking pengennya beli buku diary tapi nggak kesampean, karena alasan bayar SPP lebih penting dari beli diary tentu saja, Aku sampai-sampai motong-motong buku tulisku yang masih kosong namun sudah tidak terpakai. Misal ada 1 buku untuk pelajaran Bahasa Daerah, sampai 1 tahun pelajaran selesai materi yang kucatat nggak sampai seluruh isi buku itu, maka halaman-halaman yang kosong itu akan kugunting-gunting. Ukurannya kusesuaikan dengan ukuran diary teman-temanku yang biasa dipamerkan padaku. Kecil dan berkesan 'rahasia'. Maka kertas-kertas tadi biasanya akan ku staples (dengan staples pinjaman dari tetangga) dan sampulnya pun kuambil dari sampul buku yang tidak terpakai. jadilah sebuah diary!

Dalam mind set ku dulu, diary itu adalah
BUKU KECIL yang digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian yang kita alami dalam 1 hari dan sifatnya rahasia. Hanya penulis dan Tuhan yang tahu isinya. Diary itu seperti sahabat yang setia mendengarkan semua cerita-cerita kita namun di akhir perbincangan kita sebagai pencerita harus 'mengunci' mulut sang sahabat agar tak diceritakan orang lain. Apalagi beberapa diary kan dilengkapi dengan gembok (dan teman-temanku selalu menyembunyikan kunci gemboknya saat memamerkan diarynya padaku) sungguh rahasia!

sebagian pikiran itu benar (menurutku) sampai sekarang, diary adalah media untuk menuangkan semua yang ada di pikiran dan hati kita minimal dalam 1 hari, maksimal tidak terbatas. bahkan bisa berisi catatan perjalanan hidup kita mungkin. Tapi masalah 'rahasia' dan 'gembok' tadi sepertinya agak salah, deh! buktinya sekarang justru banyak orang ingin diarynya dilihat orang lain, tak dikasih 'gembok' atau tulisan 'rahasia' di bagian depan. Blog contohnya. Diary justru adalah sarana menyampaikan isi hati dengan tulisan sekaligus dengan orang lain tanpa bicara sepatah kata pun padanya (asal dia membaca).

Dan, setelah berputar-putar tak tentu arah, inilah maksud tulisanku ini sebenarnya:

Berawal dari suka menulis diary dan 'rahasia' termasuk bagaimana aku mengganggap orang lain mulai mengidolakan, membenci, sebel, marah dan sebagainya dan sebuah bab di buku PERUBAHAN ITU INDAH tentang diary mengenai orang lain (aku lupa pengarang buku itu siapa, pokoknya aku membaca buku itu di Perpustakaan SMK N 1 Ngawi, kalau pengen baca pinjam kesana aja ya.) aku jadi terpikir untuk menyatukan potongan-potongan kisah di diaryku yang isinya tentang 1 orang menjadi 1 diary baru.

Misalnya saja, selama 3 tahun bersekolah di SMK aku punya 1 guru favorit, aku sering menulis tentang beliau namun tentu tidak setiap hari. Mungkin saat aku diajar beliau di kelas 1, saat kelas 2 beliau pindah, saat nggak pernah ketemu beliau dan kita cuma sms an, de es be. Nah tulisan tentang beliau kan pencar-pencar tuh, aku satuin aja jadi 1 kesatuan baru dan aku salin dalam 1 diary baru khusus tentang beliau.

Dengan tambahan dan pengurangan di beberapa tempat tentunya. Ini juga sekaligus cara yang baik untuk mengoreksi tulisan kita sendiri karena saat tulisan itu sudah lama tidak kita baca maka kita bisa menilai tulisan kita sendiri dengan lebih objektif. Berbeda dengan jika setelah menulis kita langsung mengedit tulisan kita, yang terjadi adalah terkadang kita masih menggunakan sudut pandang kita sendiri (sebagai penulis) sehingga sulit menemukan kesalahan. sementara saat kita membaca tulisan lama kita maka kita akan merasa sebagai pembaca, bukan penulis lagi.

kembali ke 'Diary 1 orang' tadi. Aku pernah 2 kali membuat diary semacam itu dan Alhamdulillah sukses besar!

pertama aku membuat (atau lebih tepatnya menyalin) diary tentang kakak kelasku yang dekeettt banget sama aku kayak adik n kakak kandung. Namanya Mbak Alvhy. kutulis ulang semua hal tentang mbak Alvhy di diary ku pada sebuah diary baru. kuceritakan sedetail mungkin dan dengan sudut pandang 'aku' tentu saja. persis seperti diary. jadi saat mbak Alvhy membacanya maka seolah-olah dia sedang membaca diaryku. bukan membaca tulisanku untuknya. tapi membaca tulisan yang berisi obrolanku dengan diriku sendiri dan dengan Tuhan. itu saja!

beberapa hari setelah membaca diary itu mbak Alvhy bilang padaku bahwa dia menangis membaca beberapa kisah. Diantaranya tentang kakakku yang meninggal dunia dan akhirnya mbak Alvhy datang menjadi 'kakak' dari Tuhan, meski hanya adik dan kakak tingkat, kami memang sudah seperti adik kakak kandung.

*So, tulisan yang dibuat dari hati akan sampai ke hati (seperti kata teh Imun dan mbak Titaq). ketika menulis diary tentu kita tak pernah setengah-setengah. semuanya ditulis lengkap. ditulis apa adanya untuk mengeluarkan isi hati kita pada saat itu. bukankah itu fungsi utama diary?

jadi bisa dibayangkan jika tulisan yang blak-blakkan itu dibaca oleh orang yang kita tulis dalam diary kita. walau itu hanya sebaris kalimat
"hari ini aku ketemu mbak Alvhy, trus aku curhat tentang masalahku dan temen-temen sekelas, mbak Alvhy asyik banget deh buat diajak curhat....." misalnya.

Mungkin itu biasa bagi penulisnya namun akan terasa luar biasa bagi si 'tokoh' karena ia akan merasa dirinya bermanfaat. sebaliknya jika kita menulis
"uh, sebel deh! masa mbak Alvhy nggak bales sms-ku. padahal aku tadi pengen cerita...." misalnya,

jika aku menjadi mbak Alvhy yang membaca tulisan itu, maka kebiasaan tidak membalas sms setidakya akan aku kurangi.

yang kedua aku pernah 'membuat' diary juga untuk salah seorang guru di SMK N 1 Ngawi, Bu Endang namanya. beliau adalah salah satu guru favoritku. mirip dengan apa yang kulakukan di Diary Mbak Alvhy tadi, kusalin semua tulisan tentang bu Endang itu pada sebuah diary baru. tak ada yang ditutup-tutupi entah itu baik/buruk.

*ini juga salah satu cara mengapresisasi orang lain, lo. tapi tak boleh juga terlalu banyak menulis hal-hal buruk sehingga dikhawatirkan orang yang akan kita kasih tulisan justru menganggap kita tak suka padanya. intinya harus pas!

setelah 2 hari menyelesaikan membaca Diary dariku itu, sebuah sms dari bu Endang menjadi 'testimoni' untuk karyaku yang satu itu, begini kira-kira tulisnya:
"45 tahun perjalananku. inilah hadiah paling unik dan luar biasa yang pernah kuterima. terima kasih, Nak!"

bisa dibayangkan bagaimana rasanya mendapat sms seperti itu dari idola kita?
subhanallah. luar biasa!

So, masih berpikir untuk 'mengunci' diary kita?
coba pikir lagi deh..

Selamat menulis!
Winwin, dengan semangat menulis yang berapi-api.
==================================================================

Rabu, 04 Pebruari 2009 09:10 EspedE Ainun Nadjib
Materi eksklusif ini disampaikan dalam “Diklat Writing Course for Citizen Reporter Year 2008” yang diselenggarakan PPWI di Jakarta Media Centre (JMC)-Gedung Dewan Pers—Jln. Kebon $irih Raya No. 32-34 Menteng, Jakarta Pusat (7-8 April 2008)
A.    Prolog

Ratusan $URAT KABAR, majalah&harian online berjubel di Nusantara—detik ini. Bahkan TREN terkini bermunculan koran-koran baru. Itu artinya, pihak redaksi koran-koran itu membutuhkan KARYA TULI$ (artikel, cerpen, puisi, resensi dll.) para penulis dari luar redaksi—seperti Anda, selain wartawan media massa bersangkutan. Bukankah semua itu adalah peluang BISNI$ via tulisan menjadi kian terbuka lebar?

Penulis profesional BUKAN dilahirkan (tertakdirkan) dari bakat alam. Melainkan profesi yang hanya kuasa diraih via proses PENEMPAAN&latihan yang bersungguh-sungguh dalam jagat  kepenulisan.

B.
     Rubrik Opini, What?


Rubrik OPINI merupakan salah satu kolom khusus surat kabar yang disediakan pihak redaksi—sengaja diperuntukkan bagi UMUM (para penulis dari luar redaksi koran). Dalam hal ini—penulis Rubrik Opini (KOLUMNI$) diberikan kebebasan dalam menganalisis problematika teraktual yang sedang dihadapi masyarakat.

Konsekuensi logisnya, muatan isi tulisan artikel (opini) lebih bersifat $UBYEK-tif. Kendati begitu tetap mengedepankan unsur OBYEK-tivitas&dalih yang LOGI$. $ejumlah surat kabar menamakan Rubrik Opini mereka dengan sebutan Rubrik Gagasan, Wacana, Forum&sebutan lain.

C.
    Anatomi Naskah Opini, How?

Bila dipetakomplikan—secara garis besar, ANATOMI (bagian-bagian sentral) naskah opini (artikel) terdiri atas pembukaan (pendahuluan), isi (tubuh)&penutup (simpulan). Merujuk pendapat Markus G. $ubiyakto dalam buku berjudul ”Kiat Menulis Artikel” s-4 (baca; sempat) menyodorkan 8 parameter—yang bisa dijadikan pegangan pokok bagi para kolumnis.

Delapan pegangan dasar bagi penulis ARTIKEL itu antara lain:

a.       TOPIK tulisan Anda, apa?
b.      BENTUK TULI$AN yang Anda inginkan, macam apa?
c.       MA$ALAH-masalah yang sudah diketahui pembaca, apa?
d.      INFORMA$I BARU apa yang ditulis&bisakah dijelaskan mengapa itu terjadi?
e.       Pancing perhatian pembaca dengan KALIMAT YANG MENARIK.
f.       Tulis dengan gaya yang hidup, pilih KATA-KATA POPULER, pilih kata kerja yang menunjukan kesan gerak serta buat kalimat yang efektif.
g.      Buat alur pembicaraan/pembahasan yang MENGALIR dalam tulisan itu melalui pergantian alinea peralinea.
h.      Pilih kata penghubung yang MENARIK antaralinea.

$ementara itu wartawan kawakan sekaliber Rosihan Anwar dalam bukunya berjudul: “Bahasa Jurnalistik” (1984; 13) pernah memberikan patokan standar dalam menulis karya jurnalistik; yaitu harus mematuhi aturan pokok di bawah ini:
a.       Gunakan KALIMAT PENDEK.
b.      Gunakan bahasa yang MUDAH DIPAHAMI.
c.       Gunakan BAHASA $EDERHANA&jelas pengutaraannya.
d.      Gunakan bahasa TANPA kalimat majemuk.
e.       Gunakan bahasa BERKALIMAT AKTIF, bukan pasif.
f.       Gunakan BAHA$A KUAT&padat.
g.      Gunakan bahasa “PO’+’$ITIF”; bukan “NEGA’-‘TIF“.

Khusus bagian akhir naskah artikel, umumnya para penulis artikel mencantumkan IDENTITA$ penulis beserta gelar (by name)&profesi yang tengah disandang. Misal penulis bisa mencantumkan profesi seperti Mahasiswa X, Politikus Partai XX, Dosen PTN XXX atau $taf Pengajar PT$ XXXX, Pengamat $osial, Pemerhati Pendidikan Nasional, Kritikus $eni&profesi lain.

$edang Ashadi $iregar dalam buku bertajuk “Menjadi Penulis di Media Massa” (1993; 28) mengungkapkan, untuk menilai layak tidaknya sebuah artikel dimuat; setiap redaktur koran memperhatikan faktor AKTUAL-itas ini.

Daya tarik sebuah opini—salah satu pusatnya—terletak pada sajian informasi terbaru yang diwacanakan penulis. $emakin baru informasi (fresh and hot information) yang ditampilkan, umumnya jarang pula penulis yang mengupas tentang tema itu. Berdasarkan analisis JURNALI$TIK, jenis tulisan macam inilah yang “DIRINDUKAN” pihak redaksi koran-koran ternama.

Koran harian&majalah yang beredar di Tanah Air lebih dari seratus buah. Koran-koran&majalah itu galibnya menyediakan RUBRIK OPINI bagi penulis luar seperti kolumnis tersebut.

D.
    Kolumnis Yunior, Madya&$enior, Who Are You?

Karya para penulis PROFE$IONAL&senior, memang selalu dirindukan para redaktur. $ebut saja kolumnis ternama seperti Emha “CAK NUN” Ainun Nadjib. Meski demikian, tak menutup peluang bagi penulis pemula untuk mampu menorehkan karyanya di koran ternama sekalipun. Pada dasarnya pihak REDAK$I koran menginginkan datangnya para PENULI$ BARU di koran mereka. Hanya saja para penulis pemula itu saja sudah merasa “KALAH” terlebih dahulu sebelum berperang di medan media massa—yang nyata.

Namun karena kualitas tulisan para penulis AMATIR itu kebanyakan masih bermutu rendah, para redaktur lebih gemar mengutamakan pemuatan karya tulis milik para penulis $ENIOR—yang lebih MUMPUNI. Penulis mengingatkan, jangan pernah malu&MINDER disebut penulis amatir. $ebab, para penulis profesional—dahulu kala berangkat dari kondisi “NYINYIR” itu. Kalau tak segera memulai jadi penulis amatir sekarang, KAPAN LAGI jadi penulis profesional?

Hanya saja, banyak sekali penulis amatir (baca: pemula) yang GAGAL di tengah jalan karena tak memiliki RE$I$TEN$I dalam persaingan. Menjadi penulis buku, tentu tingkat persaingannya tak sehebat dengan menjadi kolumnis (penulis artikel untuk konsumsi media massa cetak&atau elektronik). $eorang kolumnis yang $UKSE$—jadi penulis handal; bisa menjadi PEMENANG atas penulis lain karena punya segudang PENGALAMAN yang tak dipunyai penulis lain.

Mayoritas penulis amatir masa kini, umumnya bersikap serba-MANJA. Baru 1-2 kali menulis&mengirimkan di media massa cetak—langsung menginginkan karyanya segera terpublikasikan.

$ementara penulis MADYA memiliki stamina menulis yang lebih unggul dibandingkan penulis amatir (yunior). Penulis profesional telah memiliki pengalaman luar biasa, jam terbang tinggi hingga tak menakutkan lagi bentangan Tembok Raksasa China kompetisi menulis.

Kesalahan lain yang kerap menimpa penulis amatir (baik penulis opini, cerpen, puisi pun penulis buku) adalah tidak mengenali “calon psikologi calon PACAR” media massa yang dimaksud.

E.
     Redaktur Opini, Who?

Jadi dapat disimpulkan bahwa Redaktur Opini adalah “PACAR” yang wajib kita kenali bagaimanakah karakter-karakternya. Apakah kesukaannya, bagaimanakah ritme psikologinya dsb. Bila kita telah mengenal “LUAR-DALAM-LUAR” karakteristik para redaktur koran bersangkutan, dapat dengan mudah para penulis menceploskan artikelnya untuk memenuhi halaman koran tersebut. Perkara serius ini kerap kali diabaikan para penulis pemula.

F.
     Kontemplasi, Kontemplastis, Kontempopuler; What About?

Pekerjaan penulis adalah mengeksplorasi segala ide, GAGA$AN. Logika intinya, gagasan tersebut melatarbelakangi munculnya sebuah karya tulis. Ide (gagasan) yang terpercik-percik melalui panca INDERAWI lantas teranalisa via software OTAK bernama akal, lalu berafiliasi melalui kelembutan HATI (kabid, bukan qalbu (jantung), pasti melalui prosesi perenungan (bukan permenungan) bernama “KONTEMPLA$ITI$ITA$”. Hasil perenungan ini diolah lagi dalam tahapan lebih kompleks yakni terjadi konstelasi rasio, nurani&realitas sosial melahirkan produk baru.

Neo-produk itu dinamai “KONTEMPLA$TI$ITA$”, karena terolah pasca tawar-menawar dari beragam sudut pandang internal penulis. Pasti lebih heboh lagi, kalau ide penulis itu bertumbukan (berbenturan) dengan “DAYA PIJAK” penulis lain. Kendati begitu membikin semakin berbobot&komprehensif intensitas kekontemplastisitasannya.

Tahapan ketiga, pasca ide itu tergodok melalui dua prosesi di atas, gagasan yang telah dipublikasikan melalui lisan&tulisan (media massa) mencapai stratum ordinat berjuluk “KONTEMPOPULERITA$”. Di sinilah peran media massa cetak maupun elektronik dalam membantu proses tercapainya ”kontempopuleritas” tersebut.

G.
    Resep Manjur Jadi Penulis Produktif, What Else?

Perbedaan penulis PROF-esional&penulis AMATIR cukup terletak pada sektor ke-TEKUN-an. Penulis profesional telah lolos menapaki tangga penulis amatir—yang riskan terhadap rasa BO$AN. Ujian terberat bagi tiap penulis adalah menaklukkan rasa kebosanan dan kemalasan. $edangkan penulis amatir banyak yang berhenti menjadi penulis—akibat tidak memiliki $TAMINA lagi untuk bertahan menghadapi rasa kebosanan itu.

Formula satu,
BACA surat kabar (buku) sebanyak-banyaknya. Era globalisasi menuntut pergerakan setiap individu semakin fleksibel—tidak lagi hanya berkutat masalah kelokalan. Namun telah melebar, menembus dimensi batas waktu&ruang—yang primordialistis itu. Di sinilah perlunya mengakses informasi terbaru (up to date). Tidak monoton memelototi lembaran-lembaran buku, melainkan via cyber world (internet); kini menjadi sebuah keharusan.

Formula dua,
mulai MENULI$ macam tulisan jenis apapun itu. $ekiranya telah cukup memiliki banyak informasi pasca membaca berbagai koran di atas, bersegeralah menulis segala hal yang menarik diapresiasi.

Formula tiga,
baca dan AMATI kolom-kolom koran-koran. Bila lebih dispesifikasikan, media massa cetak memiliki banyak space kolom. Dalam kolom tersebut masih terbagi menjadi sub-sub kolom. Bahkan sejumlah media cetak besar, sub-subkolom media itu, masih terderivasi lagi dalam anak subkolom.

Formula empat,
“BER$YUKUR” meski tulisan tak termuat atau dimuat. Jangan lantas sombong diri, merasa angkuh bila telah menjadi penulis ”laku”.

Formula lima,
KENALKAN diri dengan redaktur koran. Banyak cara mencapai resep yang satu ini. Gunakan fasilitas telepon misalnya, untuk berkonsultasi bagaimanakah kriteria tulisan yang diingini sang redaktur koran bersangkutan.

Formula enam,
ikutilah LKTI, lomba essay&semacamnya secara rutin. Kegiatan lomba karya tulis yang kerap diselenggarakan institusi pendidikan—berlabel swasta maupun negeri, sejatinya merupakan momentum tepat guna melejitkan populeritas.

Formula tujuh,
menjaga ke-ORI$INALITA$-an tulisan dan etika berjurnalistik. Penulis yang hanya mengejar stok HONOR—entah yang telah populer atau belum, biasanya tak pauh lagi pada kaidah dan etika berjurnalistik.

Formula pamungkas,
kondisikan diri selalu dalam keadaan “MI$KIN”. Banyak orang sukses, bermula dari keluarga miskin. Awal mulanya mereka memiliki spirit juang pantang menyerah, tekun, pekerja keras&punya kepekaan spiritulitas.

H.
    Waktu Ideal Menulis, When?

Malam hingga DINI HARI—diyakini banyak pihak—menjadi waktu tepat untuk menulis. Pendapat di atas memang tidak keliru. Namun menurut hemat penulis, waktu yang ideal untuk menulis—kalau bisa dapat diprakondisikan $ETIAP $AAT—baik siang, sore, petang, malam maupun sore hari. Artinya tinggal bagaimana kita bisa men-set up suasana kebatinan Anda (your moody).

I.
       Membesut Opini Yang Menarik, How?

Menurut hemat penulis pribadi, untuk membikin tulisan yang penuh “kejutan”, isi artikel berbobot namun orisinalitas karya tulis tetap terjamin; para calon penulis artikel (kolumnis) bisa menerapkan TUJUH langkah strategis berikut ini:

1.
      Temukan IDE (gagasan) baru terkait tulisan
Keberhasilan seseorang menemukan sebuah ide baru saja, sudah menjadi separuh nafas tulisan sebuah karya. Ide yang melatarbelakangi penulisan artikel dapat diperoleh dari penggalian inspirasi, ilham&perenungan mendalam (indeeply contemplation).

2.
      Pilih JUDUL artikel yang BOM-bastis
Judul artikel itu analog dengan raut muka, WAJAH. Kalau diibaratkan sebuah bangunan supermarket, judul itu berpresisi simetris dengan etalasenya. Cantik atau gantengnya fisik seseorang; amat tergantung dari seberapa tampan&atau moleknya raut muka mereka.

3.
      Cari LEAD yang memancing rasa penasaran
$yarat mutlak sebuah artikel dapat dikatakan baik yakni, karya tulis yang dimulai dengan pemunculan lead yang memancing rasa penasaran banyak pihak. Paragraf pembuka (lead) artikel yang berhasil memancing rasa keingintahuan para pembaca, menyebabkan mereka mau menikmati tulisan tersebut hingga tuntas.

4.
      Buat TRIK ANALI$I$ artikel yang memukau pembaca
Agar Anda memperoleh hasil tulisan yang berbeda fibrasi maupun daya gedornya dengan tulisan orang, diperlukan tehnik analisis permasalahan yang nyentrik. Tehnik analisis tulisan ini bisa saja mengandalkan gaya deskriptif yang menghanyutkan atau persuasif—yang merayu-rayu. Bahkan penulis bisa saja menempatkan gaya analisis radikal yang terbungkus dengan bahasa persuasif maupun deskriptif.

5.
      Kedepankan ORI$INALITA$ tulisan
Anda yang cermat mengamati opini beragam media massa cetak lokal dan nasional; pasti acap kali menemukan artikel hasil plagiat. Penulis jenis ini (plagiator) termasuk kategori penulis nakal yang mencemari misi mulia jagat kepenulisan. Bahkan pernah pula karya penulis sendiri diplagiat oleh penulis lain.

6.
      Buat PENGANTAR surat artikel yang persuasif
Langkah ini mungkin dinilai terlalu sepele oleh banyak penulis. Namun sejatinya memiliki pengaruh yang amat besar bagi citra diri penulis artikel pada jangka pendek, menengah dan panjang. $ebuah pengantar surat artikel yang baik, idealnya memuat informasi jati diri penulis. Misal, selain identitas diri seperti nama, alamat, profesi, nomor kontak&atau nomor rekening; baiknya penulis juga mencantumkan daftar media massa cetak&elektronik yang pernah memuat karya tulisnya.

7.
      Kenali karakter dan TEKNI$ pengiriman artikel
Perlu diketahui bersama, setiap redaksi koran memiliki kebijakan yang berbeda-beda, namun ada pula kebijakan yang identik. Berikut ini akan penulis cantumkan kebijakan redaksi terkait Rubrik Opini di dua koran ternama yaitu Kompas&Kedaulatan Rakyat.

KEBIJAK$ANAAN umum redaksi Harian Umum Kompas, berkaitan dengan penulisan rubrik Opini yaitu:
a.       Asli, BUKAN PLAGIA$I, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekedar kompilasi,bukan rangkuman pendapat/buku orang lain.
b.      BELUM pernah dimuat di media atau penerbitan lain&juga tak dikirim bersamaan ke media atau penerbitan lain.
c.       TOPIK yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang aktual, relevan&menjadi persoalan dalam masyarakat.
d.      $ubstansi yang dibahas menyangkut kepentingan UMUM, bukan kepentingan komunitas tertentu, karena Kompas adalah media umum&bukan makalah atau jurnal dari disiplin tertentu.
e.       Artikel mengandung HAL BARU yang belum dikemukakan penulis lain, baik informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran maupun solusinya.
f.       Uraiannya bisa membuka pemahaman atau PEMAKNAAN BARU maupun inspirasi atas suatu masalah atau fenomena.
g.      Penyajian tidak berkepanjangan dan menggunakan BAHA$A POPULER/luwes yang mudah ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun.
h.      Panjang tulisan 3 halaman KUARTO spasi ganda ditulis dengan program Words.
i.        Artikel TIDAK BOLEH ditulis berdua atau lebih.

$edangkan garis KEBIJAK$ANAAN umum redaksi Harian Umum Kedaulatan Rakyat, bersinggungan dengan penulisan Rubrik Opini adalah:
a.       Masalah-masalah yang AKTUAL di masyarakat.
b.      BELUM pernah dipublikasikan.
c.       ASLI dari gagasan penulis sendiri&mengandung kebaruan.
d.      Panjang tulisan MAK$IMAL 4 kuarto dengan spasi ganda atau setara 3500-4500 karakter huruf.
e.       $esuai dengan KEBIJAK$ANAAN yang ditetapkan redaksi.
f.       BUKAN hasil terjemahan.

J.
      Memoles Opini Anda, How?

Dalam makalah berjudul “Cyberjurnalistik” (2006; 16) , Budi $utedjo Dharma Oetomo mengemukakan setidaknya ada empat unsur yang perlu ditonjolkan dalam sebuah karya jurnalistik. Unsur-unsur tersebut meliputi: ke-RENYAH-an berbahasa, TREN terakhir bahasan, banyaknya ILU$TRA$I&analogi serta pemakaian contoh-contoh nyata yang dekat dengan pembaca.

$ebelum naskah artikel dikirim di media massa, amat penting bagi penulis melakukan satu $ENTUHAN akhir (editing). Yakni melakukan insersi, ratifikasi, mutasi maupun proses penambahan dan pengurangan kalimat-kalimat yang kiranya kian mendongkrak kekuatan opini yang berusaha dibangun penulis. Memang untuk melakukan pekerjaan ini, dibutuhkan ketelitian yang ekstrakuat.

K.
    Kode Etik Menulis, What’s Wrong?

Adapun kode etik (ETIKA) dunia tulis-menulis itu antara lain:
a.       Tidak mengirimkan tulisan (karya tulis jenis apapun) yang $AMA kepada sejumlah media massa dalam waktu bersamaan.
b.      Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD
c.       Materi&gagasan penulisan tak bertentangan dengan Pancasila, UUD ’45&peraturan negara lainnya.
d.      Isi tulisan tak memojokkan kerukunan beragama, dikriminasi jender serta menyinggung kepentingan $ARA.
e.       $etiap penulis wajib bersikap JUJUR terhadap karya tulisnya dengan selalu menyebutkan sumber referensi bila mengutip karya orang lain.
f.       Mengirimkan tulisan dengan ketikan rapi tanpa banyak kesalahan serta mematuhi GARI$ KEBIJAK$ANAAN redaksi yang ditetapkan masing-masing koran.

L.
     Redaktur Menolak Opini Anda, Why?

Berpijak pada catatan yang direkomendasikan redaktur Kompas, ada 18  ALA$AN kenapa artikel TAK LAYAK MUAT di media massa yaitu:
a.       Topik atau tema TAK AKTUAL
b.      Argumen dan pandangan BUKAN HAL BARU
c.       Cara penyajian BERTELE-TELE
d.      Cakupan TERLALU MIKRO atau lokal
e.       Pengungkapan dan REDAK$IONAL KURANG mendukung
f.       Konteks KURANG JELA$
g.      Bahasa TERLALU ILMIAH/akademis, kurang populer
h.      Uraian terlalu $UMIR
i.        Tulisan ber-GAYA PIDATO/makalah/kuliah
j.        $umber KUTIPAN kurang jelas
k.      Terlalu BANYAK MENGUTIP
l.        Diskusi KURANG BERIMBANG
m.    Alur uraian TAK RUNTUT
n.      Uraian tidak membuka PENCERAHAN baru
o.      Uraian ditujukan kepada PER$ONAL
p.      Uraian terlalu DATAR
q.      Alenia pengetikan OVER BERKEPANJANGAN
r.        Hasil PLAGIAT

$ebangun dengan pendapat di atas; menurut uraian Abu Al-Ghifari dalam karyanya berjudul “Kiat Menjadi Penulis $ukses” (2002; 96-99) , penyebab REDAKTUR MENOLAK sebuah karya tulis lebih karena faktor berikut ini:
a.       Karangan tersebut TAK $E$UAI MI$I media bersangkutan atau terlalu bersifat menggurui.
b.      Karangan tersebut memiliki KEMIRIPAN dengan karya penulis lain yang pernah dipublikasikan.
c.       Terlalu PANJANG maupun PENDEK untuk topik tertentu.
d.      Kalau menyangkut karangan kreatif, mungkin tulisan tersebut terlalu lemah dari segi karakter (tokoh), PLOT maupun atmosfer pada bagian-bagian tertentu karangan tersebut. 
e.       Terlalu $ARAT TEORI yang mungkin melelahkan pembaca atau berbau propaganda yang tidak disenangi pembaca.
f.       Tulisannya TIDAK RAPI, hingga menyebabkan sukar dibaca.

L.
     Jurus Peledak Potensi Menulis Anda; How Do?

Menulis itu amat MUDAH. Menulis itu teramat me-NYENANG-kan. Menulis itu semudah ngerumpi di WARKOP. Menulis itu TAK $ESUKAR merebus jagung. Menulis itu amat mudah, $EKEDAR menudingkan jari penunjuk”.

Percayakah Anda bila semasa kuliah dulu, seluruh biaya pendidikan serta biaya hidup penulis—berasal dari hasil “MERAMPOK” uang milik redaksi koran-koran ternama di Indonesia?

PERCAYAKAH ANDA pula bila banyak penulis harus membayar biaya kos&seabrek kebutuhan hidup lain—berkat tulisan-tulisan yang TERPACAK di puluhan surat kabar?

Percayakah Anda juga bila ada banyak penulis tersohor di negeri ini, berangkat dari rasa KEPRIHATINAN HIDUP?

Percayakah, bila menjadi penulis amat bisa menjaga stamina kesehatan tubuh Anda—hingga tak perlu bersusah payah keluar-masuk (OPNAME) rumah sakit?

Percayakah Anda, bila kegiatan menulis bisa mendatangkan banyak “DO’$’LAR”, POPULERITA$?

Tidak percayakah Anda, jika menjadi penulis amat DITAKUTI para penguasa?

Tidak percayakah Anda, bila Hitler (alm.) amat menakuti seorang penulis dibanding TIGA BATALYON serdadu lengkap dengan alutsista-nya?

Tidak percayakah Anda, jika $oekarno&$oeharto (alm.) DIDEKTE para penulis?

Tidak percayakah Anda, jika Habibie dan Gus Dur TUNDUK pada kebrilianan para penulis?

Tidak percayakah Anda, jika Megawati&$usilo “$BY” Bambang Yudhoyono MENGAGUMI benar para penulis?

Tidak percayakah Anda, bila agama manapun, ideologi jenis apapun—amat MEMULIAKAN kedudukan para penulis?

Tidak tahukah Anda, bila pihak Komunis—pun MEMUJA-MUJA para penulis mereka?

Tidak tahukah Anda, penulis-penulis itu hidup MENGABADI?

Tidak percayakah Anda, bila kitab-kitab suci, dokumen-dokumen penting, surat wasiat adalah MAHAKARYA MONUMENTAL “para penulis”?

Tidak percayakah Anda, bila PERADABAN DUNIA ini tersusun berkat adanya para penulis, pujangga?

Tidak percayakah Anda, bila penulis bisa HIDUP $ERIBU TAHUN, dua ribu tahun, satu juta tahun—bahkan mengabadi hingga hari kiamat?

Tidak tahukan Anda, bila menjadi penulis adalah LADANG DAKWAH yang sarat pahala?

Tidak tahukah Anda, siapapun Anda, profesi apapun Anda, menjadi penulis adalah KEWAJIBAN kita semua?

Tidak tahukah Anda, menulis adalah HIDUP itu sendiri?

“Benarkan menulis opini itu teramat sukar?”.

MUDAH! A$AL…..RAJIN membaca apa saja.

Mudah, asal TEKUN menulis kapan saja.
Mudah. Asal BERANI mengungkapkan pendapat pribadi.

TIDAK $UKAR! Asal bisa menulis abjad.

Tidak sulit, asal BERNIAT sungguh-sungguh.

Asal tidak asal-asalan. Asal…Asal…Asal

“Benarkah MENULI$ OPINI di koran itu sukar?”.

TIDAK, A$AL $EGERA MENULI$&KIRIM ke KORAN.

Tidak! Asal KERJAKAN $EKARANG, jangan buang-buang waktu.

Tidak, asal BERANI MENCOBA, jangan takut ditolak.

Tidak benar, asal BERANI KREATIF, jangan menyontek.

Mudah, asal berani jadi kreator, JANGAN JADI EPIGON.

Mudah! Asal berani TAMPIL BEDA, jangan menjiplak.

Mudah benar, asal KENAL REDAKTUR, jangan main belakang.

Mudah sekali, asal rajin baca koran, JANGAN TIDUR MALA$-MALA$AN.

Mudah saja, asal berani radikal dan progresif, JANGAN PASIF.

Mudah, asal JANGAN A$AL-A$ALAN.

“Beranikah menobatkan diri menjadi KOLUMNI$ $EKARANG?”.

BERANI, asal artikel rajin termuat di koran.

Berani, asal berani BER$AING dengan penulis senior.

Berani, asal bikin TIGA ARTIKEL PERHARI.

Berani, asal ada modal KEMAUAN KUAT.

Berani, asal JADI PENULI$.

Berani! Asal JADI REDAKTUR!

M.
   Alamat Email Koran-Koran Lokal&Nasional; Where Are They?
·         Bali Post : balipost@indo.net.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Bangkapos : redaksi@bangkapos.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Banjarmasinpost : redaksi@banjarmasinpost.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Bernas Jogja : bernasjogja@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Bisnis Indonesia : redaksi_web@bisnis.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Demokratis : dppkeuri@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Harian Galamedia : redgala@pro.net.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Harian Ibu : redaktur@harianibu.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Harian Joglo $emar: harianjoglosemar@gmail.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Jawa Pos: editor@jawapos.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Mingguan Joglopos : joglopos@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         KabarIndonesia: reporter@kabarindonesia.com
·
         Kedaulatan Rakyat : redaksi@kr.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Kompas : opini@kompas.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; kompas@kompas.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Kompas DIY-Jateng: kompasjogja@kompas.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; kompasjateng@kompas.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Koran Klaten: koran_klaten@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Koran Pak Oles : bantaleon@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Kupong Pos : poskupang@persda.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Media Indonesia : redaksi@mediaindonesia.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Media Indonesia : redaksi@mediaindonesia.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Merapi : opini_merapi@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Riau Pos : redaksi@riaupos.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Metro Realita : metrorealita@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Minggu Pagi : minggupagi@kr.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Pelita : redaksi@pelita.or.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Pikiran Rakyat : redaksi@pikiran-rakyat.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Republika : sekretariat@republika.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $eputar Indonesia : redaksi@seputar-indonesia.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $ijori Mandiri : redaksi@sijorimandiri.netThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $inar Harapan : redaksi@sinarharapan.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $olopos: solopos@bumi.net.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $uara Karya : redaksi@suarakarya-online.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $uara Merdeka: naskah@suaramerdeka.infoThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $uara Pembaruan : koransp@suarapembaruan.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         $urya : surya1@padinet.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Koran Tempo : koran@tempo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Terbit : terbit@harianterbit.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Tribun Tangerang : tribun_tng@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it
·
         Wawasan: wawasanredaksi@indosat.net.idThis e-mail address is being protected from spambots, you need JavaScript enabled to view it ; Dan masih banyak lagi.
N.    Referensi
o       Materi Diklat Jurnalistik ini sebagian diambil dari naskah buku berjudul ”Jadi Penulis Handal Modal Dengkul (Taktik Jitu Menulis Opini di Koran)—milik penulis dan juga disarikan dari buku terbarunya bertajuk: "Booming Profesi Pewarta Warga, Penulis dan Wartawan (Mantra Pereguk Pundi-Pundi Rupiah)"
o       Abu Al-Ghifari, Kiat Menjadi Penulis $ukses, Mujahid, Bandung, 2002
o       Akhmad Rifa’i, Memilih Topik Tulisan, Makalah Diklat Jurnalistik Fakultas Dakwah UIN $unan Kalijaga Yogyakarta, 22 Juni 2004
o       Asep $aeful Muhtadi, Jurnalistik dari Teori Hingga Praktek, Rosda Karya, Bandung, 1999
o       Ashadi $iregar, Menjadi Penulis di Media Massa, LP3Y,Yogyakarta, 1993
o       Budi $utedjo Dharma Oetomo, Cyberjurnalistik, Diklat Jurnalistik Bernas Jogja, Januari 2006
o       Dja’far H. Assegaf, Jurnalistik Masa Kini, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993
o       Eko Prasojo, Menghapus Pilkada Langsung, Kompas edisi 05 Februari 2008
o       Hamdan Daulay, Memahami Penulisan Artikel di Media Cetak, Makalah Diklat
o       Jurnalistik Jurusan KPI Fakultas Dakwah UIN $uka Yogya, 22 Juni 2004 Markus G. $ubiyakto, Kiat Menulis Artikel, Gramedia, Jakarta, 1993
o       Mohammad Fauzil Adhim, Kaya Berpahala Melalui Karya, Makalah Diklat Jurnalistik Qurrata A’yun, Bantul, 25 Agustus 2005
o       Octo Lampito, Wartawan dan Kinerja Profesionalisme, Makalah Diklat Jurnalistik Jurusan KPI Fakultas Dakwah UIN $unan Kalijaga Yogyakarta, 22 Juni 2004
o       Okrisal Eka Putra, Belajar jadi Kolumnis, Diklat Jurnalistik Jurusan KPI Fakultas Dakwah UIN $unan Kalijaga Yogyakarta, 22 Juni 2004
o       Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik, Rosda Karya, Bandung, 1984
o       $upadiyanto, Ratu Adil, $atriya Piningit&Mukjizat Budaya, Kedaulatan Rakyat edisi 27 April 2006
o       _________, Trik Jitu Menulis Artikel di Media Massa Cetak, Makalah Workshop Jurnalistik di Joglo ICRC  Jogja, 09 Desember 2007
o       _________, Pun Mahasiswa Wartawan, Makalah Diklat Jurnalistik pada Lembaga Pers Mahasiswa Rhetor Fakultas Dakwah UIN $unan Kalijaga Yogyakarta, Januari 2007
o       _________, Jadi Penulis Itu, Gampang!, Harian Online Kabar Indonesia (HOKI) edisi 11-12 Desember  2007
o       $utirman Eka Wardana, Jurnalistik Dakwah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995

[Penulis adalah Kolumnis, Mantan Redaktur Harian Rakyat Merdeka Divisi Jateng-DIJ, Ketua Tim Sukses&Dewan Redaksi Harian Online KabarIndonesia, Wartawan JAWAPO$ Radar $olo; “Alumnus” FMIPA Universitas “UNY” Negeri Yogyakarta&Fakultas Dakwah UIN $unan Kalijaga Jogja; CP: 08179447204, email: padiyanto@yahoo.com